Sabtu, 09 Februari 2013

Makalah Perkembangan Islam di Arab



         I.            PENDAHULUAN
Mempelajari sejarah peradaban Islam kurang lengkap jika tidak disertakan mempelajari sejarah kehidupan manusia di Jazirah Arab (semenanjung Arab) sebelum datangnya Islam. Karena Islam pertama muncul di Arab dan kitabnya berbahasa Arab (suku Quraisy). Kendati sangat minim didapatkan informasi tentang sejarah kehidupan manusia di daerah tersebut dalam kurun waktu antara 400-571 an Masehi. Dengan kata lain, penulis bisa katakan dalam sejarah peradaban dunia, sejarah di jazirah arab khususnya sebelum datangnya Islam ‘dianggap’ tidak ada, atau lebih tepatnya dihilangkan dari peta sejarah peradaban dunia.
Sebagian penulis sejarah Islam biasanya membahas Arab Pra-Islam sebelum menulis sejarah Islam pada masa Muhammad (570-632 M) dan sesudahnya. Mereka menggambarkan runtutan sejarah yang saling terkait satu sama lain yang dapat memberikan informasi lebih komprehensif tentang Arab dan Islam tentang geografi, sosial, budaya, agama, ekonomi, dan politik Arab pra-Islam dan relasi serta pengaruhnya terhadap watak orang Arab dan doktrin Islam. Kajian semacam ini memerlukan waktu dan referensi yang tidak sedikit, bahkan hasilnya bisa menjadi sebuah buku tersendiri yang berjilid-jilid seperti al-Mufaṣṣal fī Tārīkh al-‘Arab qabla al-Islām karya Jawād ‘Alī. Oleh karena itu, kita hanya akan mencukupkan diri pada pembahasan data-data sejarah yang lebih familiar dan gampang diakses mengenai hal itu.
Walaupun sama-sama penting untuk dipelajari namun Kebudayaan Islam dengan kebudayaan arab sangat berbeda. Budaya Arab tidak mesti budaya islam dan budaya islam tidak mesti budaya arab. Umat Kristen di timur tengah juga memakai bahasa dan budaya arab, dan mereka tidaklah beragama islam. Oleh karena itu sungguh penting untuk mempelajari sejarah peradaban pra islam sebelum mempelajari peradaban islam.
Agar pembahasan pada makalah ini fokus dan sistematis maka penulis akan merumuskan masalah. Rumusan Masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
A.    Kondisi Arab Pra Islam
B.     Bagaimana Islam Hadir di Mekah
C.     Tokoh-tokoh, peristiwa-peristiwa penting, lokasi, waktu
D.    Persepsi terhadap perkembangan islam
E.     Kesimpulan


   II.            PEMBAHASAN
A.   Kondisi Bangsa Arab Pra Islam
·         Kondisi Geografis
Jazirah Arab dikelilingi oleh tiga lautan, yaitu laut merah di barat, samudera Hindia di Selatan, dan Teluk Persia di timur. Letak geopolitik ini sangat menguntungkan bagi kondisi sosial, ekonomi, dan politik bangsa Arab.Keadaan  tanahnya sebagian besar terdiri  dari  Padang Pasir tandus, bukit dan batu, terutama bagian tengah. Sedang bagian  selatan  atau bagian pesisir pada umumnya tanahnya cukup  subur.
Untuk wilayah bagian Tengah terbagi pada:
a)      Sahara Langit atau disebut pula Sahara Nufud memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan  180  mil  dari  timur  ke  barat.  Oase  dan  mata  air  sangat  jarang,  tiupan  angin sering kali menimbulkan kabut debu yang mengakibatkan  daerah  ini  sukar ditempuh.
b)      Sahara Selatan disebut  al-Ru'ul  Khali  yang  membentang  dan   menyambung  sahara  Langit kearah  timur  sampai  selatan  persia.  Hampir  seluruhnya  merupakan  daratan Keras, tandus, dan pasir bergelombang.
c)      Sahara Harrat, suatu daerah yang terdiri dari tanah  liat  yang  berbatu  hitam  bagaikan Terbakar.
·         Kondisi  alam/tanah  adalah:
a)      Kering  dan tandus, kalaupun ada air hanyalah  Oase  atau Mata Air ini.
b)       Menyebabkan  penduduknya suka berpindah-pindah  (Nomaden) dari satu wilayah ke wilayah lain, oleh para ahli  mereka disebut suku Badui.
Sementara  wilayah bagian Pesisir, yaitu  terdiri  wi­layah  pesisir Laut Merah, Samudera Hindia dan Teluk  Persi, sehingga kondisi tanahnya:
a)      Sangat subur, di tempat ini banyak dilakukan usaha perta­nian;
b)      Di samping itu juga dilakukan usaha perdagangan;
c)      Penduduknya menetap dan sangat padat.
·         Dari segi pekerjaan mereka umumnya bekerja menggembalakan kambing dan    binatang ternak lainnya.
·         Kondisi Sosial
Keadaan bangsa  Arab yang hidup di daerah padang pasir yang tandus, sedikit banyaknya turut membuat corak  kehi­dupan  mereka  berjalan  agak keras,  penuh persaingan, perebutan  kekuasaan antara satu kabilah  dengan kabilah lainnya.  Siapa yang  kuat, gagah  perkasa  itulah  yang memimpin.
Dalam hidup bermasyarakat, bangsa Arab sangat  dilungkupi kehidupan keduniawian. Mereka sangat menggemari hal-hal berikut ini:
a)      Syair; dengan syair, orang bisa dipuji/mulia dan dihi­na.  Dari  syair ini akan  tergambar  kehidupan  sosial bangsa Arab
b)      Minum  khamar, kendati di antara mereka ada pula  yang mengharamkan hal ini;
c)      Ada  pula  adat  (tradisi)  pada  saat  itu  kebiasaan mengawini isteri bapayang telah meninggal dunia;
d)     Menganggap hina kaum perempuan;
e)      Menguburkan  anak  perempuan, namun  hal  ini  menurut Sallabi, ini hanya dilakukan oleh Bani Asad dan Tamim;
Sementara mereka yang pandai membaca saat itu hanyalah sebanyak  17 orang. Perbudakan suatu hal yang biasa terjadi pada masa Arab pra-Islam. Mereka ini memelihara  dan  mempertahankan perbudakan.
Negara Hijaz tidak pernah dijajah, diduduki, atau dipengaruhi oleh bangsa asing. Hal ini disebabkan karean kondisi geografis dan kemiskinan negerinya sehingga tidak menimbulkan hasrat bangs asing untuk menjajahnya. Dan disebabkan karena Hijaz sejak zaman Ibrahim telah menjadi Ka’bah bagi bangsa Arab. Mereka bekarja bersama-sama memelihar, menjaga kemananan, dan menjauhkan penjajah dari negerinya.
·         Kebudayaan
Akibat peperangan secara terus menerus kebudayaan arab tidak berkembang. Karena itu, artefak sejarah arab pra islam sangat langka didapatkan di dunia Ara dan yang dalam bentuk bahasa arab. Sejarah mereka hanya dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun menjelang lahirnya islam.
Dalam kehidupan seni dan budaya orang-orang arab sebelum islam sangat maju. Bahasa mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair berjumlah banyak. Di kalangan mereka seorang penyair dan ahli berpidato (khitabah) sangat dihormati. Tiap tahun di “Pasar Ukaz” diadakan deklamasi sajak yang sangat luas. Hal lain yang sangat dipentingkan oleh orang arab Jahiliyah adalah catatan keturunan (nasab), nasab digunakan untuk bermegah-megahan dan ajang pamer dengan lawannya.
Orang-orang Arab sebelum Islam tidaklah bodoh melainkan cerdas. Kata jahiliyah yang melekat pada Arab Jahiliyah berasal dari kata jahl  tetapi yang dimaksud disini bukan jahl lawan dari ‘ilm yaitu tidak berilmu, melainkan lawan dari hilm yaitu Safah, Ghadad, anfah (sedai, berang, tolol). Jadi pengertian Arab Jahiliyah yang sebenarnya adalah orang-orang Arab sebelum Islam yang membangkang kepada kebenaran, terus melawan kebenaran, sekalipun telah diketahui olehnya kebenaran itu.
·         Kondisi Ekonomi
Kondisi Jazirah arab yang bergurun sangat cocok digunakan untuk berdagang sebagai penunjang kemapanan ekonomi. Orang-orang quraisy berdagang sepanjang tahun. Di musim dingin mereka mengirim khalifah dagang ke Yaman, sementara di musim panas kalifah dagang menuju ke Syam. Perdagangan yang paling ramai di Makkah adalah pada bulan Zulqaidah, Zulhijjah, dan Muharram yang mana itu merukan musim “Pasar Ukaz.” Begitu pula di bulan Rajab, karena di bulan Rajab banyak dikerjakan Umrah. Bulan-bulan tersebut tadi mereka namai dengan “Asyhuru’I Hurum” atau bulan-bulan yang terlarang. Termasuk di dalamnya adalah larangan melakukan peperangan di bulan tersebut.
Faktor yang menjadikan Makkah memiliki peranan dalam perdagangan adalah ketika negeri Yaman di Selatan berpindah ke Makkah karena negerinya dijajah oleh bangsa Habsyi dan Persia sehingga perniagaan laut dikuasai oleh penjajah. Perpindahan bangsa Yaman Ke Makkah sangat menguntungkan penduduk Makkah, karena bangsa Yaman sangat piawai dan berpengalaman luas dalam bidang perdagangan. Bangsa Arab yang yang nomaden umumnya bekerja  sebagai penggembala. Mereka ini juga kadangkala menjadi  pengawal para kafilah dagang yang umumnya dari penduduk perkotaan. Sementara  Arab  bagian selatan, pesisir  atau  perkotaan umumnya  mereka lebih  banyak   bergerak   di   bidang perdagangan  (niaga). Perdagangan  ini  mereka lakukan sampai ke negeri India, Indonesia dan Cina.
·         Kondisi Politik
Secara global-teritorial, Arab merupakan negeri yang terletak di semenanjung Arab yang dikelilingi tiga lautan, yaitu Laut Merah di Barat, Samudera Hindia di Selatan, dan Teluk Persia di sebelah Timur. Letak geopolitik ini berdampak signifikan pada kondisi sosial bangsa Arab. Negeri Yaman misalnya, diperintah oleh bermacam-macam suku dan pemerintahan yang terbesar adalah masa pemerintahan Tababi’ah dari kabilah Himyar. Di bagian Timur Jazirah Arab, dari kawasan Hirah hingga Iraq, yang ada hanya daerah-daerah kecil yang tunduk kepada kekuasaan Persia hingga datangnya Islam. Raja-raja Munadzirah sama sekali tidak berdiri sendiri dan tidak merdeka, tetapi tunduk secara politis di bawah kekuasaan raja-raja Persia. Bagian Utara Jazirah Arab sama dengan bagian Timur, karena di daerah itu juga tidak ada pemerintahan bangsa Arab yang murni dan merdeka. Semua raja di sini tunduk di bawah kekuasaan Romawi. Raja-raja Ghasasanah semuanya serupa dengan raja-raja Munadzirah. Sementara itu, di Tengah Jazirah Arab, di mana terdapat tanah suci Mekkah dan sekitarnya, kaum Adnaniyyin menjadi penguasa yang independen, tidak dikuasai oleh Romawi, Persia, maupun Habasyah. Allah telah menjaga kehormatan tanah dan penduduk disana. Bahkan sejak masa imperialisme Barat yang menjajah dunia Islam, tak ada yang bisa menguasai negeri suci ini karena Allah telah menjaga kesuciannya.[30]
Bangsa arab zaman Jahiliyah tidak mempunyai bentuk pemerintahan terkenal yang besar. Mereka hanya memiliki kabilah-kabilah yang mana tugas pemimpin hanya mengurus hal-hal dalam keadaan perang dan damai. Perang sering terjadi antara kabilah dan suku, ganti berganti, terjadinya selama bulan haram, dalam masa mana berlangsung “pasar Ukaz”. Peperangan terjadi biasanya disebabkan oleh hal yang sepele dan remeh.
 Ditambah lagi dengan kenyataan luasnya daerah di tengah Jazirah Arab, bengisnya alam, sulitnya transportasi, dan merajalelanya badui yang merupakan faktor-faktor penghalang bagi terbentuknya sebuah negara kesatuan dan menggagalkan tatanan politik yang benar. Mereka tidak mungkin menetap. Mereka hanya bisa loyal ke kabilahnya. Oleh karena itu, mereka tidak akan tunduk ke sebuah kekuatan politik di luar kabilahnya yang menjadikan mereka tidak mengenal konsep negara. Kondisi semacam ini sangat mempengaruhi corak perekonomian orang Arab pra-Islam yang sangat bergantung pada perdagangan daripada peternakan apalagi pertanian. Mereka dikenal sebagai pengembara dan pedagang tangguh. Mereka juga sudah mengetahui jalan-jalan yang bisa dilalui untuk bepergian jauh ke negeri-negeri tetangga.
·         Kondisi Agama
Sementara  dalam  bidang   agama  (kepercayaan)   pada umumnya mereka adalah kaum penyembah  berhalaatau paganisme.  Menurut catatan  sejarah,  di dinding Kabah terdapat   360buah patung. Bangsa  Arab senang memuliakan batu-batu yang ada di sekeliling  Ka­bah/Mekkah kemana mereka pergi selalu membawa batu terse­but,  untuk kemudian thawaf mengelilingi batu yang  dibawanya itu, sehingga di mana-mana dibentuk patung. Patung-patung dan berhala itu mereka kumpulkan di sekitar Kabah untuk disembah. Pada awalnya mereka menyembah berhala adalah hanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (Allah), atau dengan kata lain berhala sebagai perantar untuk menyembang Tuhan.
Agama kedua yang dianut oleh bangsa arab adalah agama monoteisme, agama hanif yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Pengikut agama ini sangat sedikit, bahkan ketika islam sudah ada merekat tidak segera mengimaninya. Selain itu ada agama Masehi (kristen) yang dianut oleh Waraqah Ibn Naufal yang mengetahui banyak tentang injil. Namun ketika datangnya islam, Usman Ibn Hawairis dan Abdullah Ibn Jashy ragu terhadap kebenaran islam dan lebih memilih untuk kembali memantapkan dalam menganut agama Masehi. Agama ketiga yang dipercayai oleh bangsa arab adalah agama Shabiah yang menyembah binatang, matahari, bintang. Selain itu ada juga  yang menyembah binatang dan mempercayai malaikat sebagai anak perempuan Tuhan serta menyembah jin.
B.   Bagaimana Islam Hadir di Arab
METODE DAKWAH RASULULLAH
1.      Secara sembunyi-sembunyi
Selama tiga tahun lebih Rasulullah saw. menyampaikan dakwah Islam, memperkenalkan agama Islam kepada masyarakat Mekah secara sembunyi-sembunyi. Rasulullah mengajak mereka untuk tidak menyembah berhala. Meskipun banyak yang menolak agama Islam, namun Rasulullah tetap gigih dalam berdakwah. Dakwah secara diam-diam ini telah membawa beberapa orang memeluk agama Islam, antara lain adalah :
a)      Khadijah, istri nabi sendiri
b)      Ali bin Abi Thalib, saudara sepupu Nabi Muhammad saw.
c)      Abu Bakar, sahabat karib Nabi Muhammad saw.
d)     Usman bin Affan, sahabat Abu Bakar
e)      Abdurrahman bin Rauf, sahabat Abu Bakar
Orang-orang yang pertama kali masuk Islam disebut as-sabiqunal-awwalun.
2.      Secara terang-terangan
Rasulullah melakukan dakwah secara terang-terangan setelah menerima wahyu dari Allah swt., agar menjalankan dakwah secara terang-terangan.
            Setelah mulai berdakwah secara terang-terangan, Nabi Muhammad saw. mendapat tantangan dari kaum kafir Quraisy namun beliau tidak putus asa dan beliau terus mengajak seluruh lapisan masyarakat agar masuk Islam.





C.   Tokoh-tokoh, peristiwa-peristiwa penting, lokasi, waktu
Tokoh-tokoh:
1.      Nabi Muhammad SAW
Kelahiran Nabi Muhammad saw. didahului dengan serangan pasukan gajah. Oleh karena itu, masyarakat Arab menyebut kelahiran Muhammad sebagai tahun gajah. Beliau lahir pada malam menjelang dini hari Senin tanggal 12 Rabi’ul awal tahun gajah atau bertepatan dengan 20 April 571 Masehi.
Nabi Muhammad mempunyai ayah bernama Abdullah. Ayah Nabi meninggal ketika nabi masih dalam kandungan ibunda berusia 7 bulan, dan akhirnya Nabi lahir sebagai seorang yatim. Tidak lama setelah kelahiran Muhammad, Abdul Muttalib datang ke rumah Aminah. Diangkatnya cucunya itu, diciumnya, didekapnya lalu ia thawaf mengelilingi Ka’bah. Seminggu kemudian, kakek beliau bernama Abdul Muttalib itu mengadakan selamatan. Semua orang Quraisy datang dan ikut bergembira. Pada saat itulah Abdul Muttalib memberikan nama Muhammad pada cucunya itu. Muhammad berarti orang yang terpuji. Abdul Muttalib berharap cucunya menjadi orang yang terpuji di seluruh dunia.
Selama lebih kurang 12 tahun, Rasulullah saw. berdakwah di Mekah. Materi yang disampaikan dalam dakwah beliau selama di Mekah, langsung terfokus kepada substansinya, yaitu mengenai Tauhidullah (mengesakan Allah swt.). Masyarakat Mekah pada waktu itu sedang dilanda berbagai krisis, dan yang paling meninjol adalah krisis ketuhanan. Mereka meninggalkan agama Tauhid yang telah diajarkan oleh nenek moyang mereka terdahulu, yakni Nabi Ibrahim as. dan anak-anak keturunannya. Penduduk Mekah yang suka menyembah berhala, patung-patung dari tanah liat, batu-batu besar dan benda-benda tertentu yang dianggapnya dapat menyampaikan hajatnya kepada Allah swt. Berhala yang paling banyak disembah dan dianggap dapat mewakili Tuhan adalah Latta, Uzza, Hubal dan Manat.
2.      Abu Bakar
Abu Bakar dilahirkan di Mekkah dua setengah tahun setelah tahun Gajah, atau lima puluh setengah tahun sebelum dimulainya Hijrah. Di masa pra Islam dikenal sebagai Abul Kaab. Ketika masuk Islam, Nabi memberinya nama Abdullah dengan gelar Ash-Shiddiq (orang terpercaya). Ia termasuk suku Quraisy dari Bani Taim, dan silsilah keturunannya sama dengan Nabi Muhammad SAW dari garis ke 7. Dialah salah seorang pemimpin yang sangat dihormati sebelum dan sesudah memeluk Islam. Nenek moyangnya pedagang. Abu Bakar sesekali mengadakan perjalanan dagang ke Syria atau Yaman. Ia sering datang mengunjungi Nabi. Ketika turun wahyu pertama pada Nabi, Abu Bakar sedang berada di Yaman. Ketika kembali ke Mekkah ia mendengar kabar bahwa para pemimpin Quraisy seperti Abu Jahal mengejek pernyataan pengangkatan Muhammad menjadi Rasul Allah. Mendengar kabar itu, ia sangat marah. Lalu Abu Bakar bergegas datang ke rumah Nabi dan langsung mengikrarkan dirinya memeluk Islam.
Sudah diakui secara luas, bahwa pemeluk agama Islam pertama diantara orang dewasa adalah Abu Bakar, diantara kaum muda tercatat nama Ali bin Abu Thalib, sedang diantara kaum wanita adalah Khadijah binti Khuwailid, istri pertama Rasulullah. Abu Bakar, adalah seorang saudagar yang kaya raya. Untuk mendukung kemajuan agama Islam saat itu, ia telah menyerahkan seluruh harta kekayaannya. Disamping itu, ia juga telah membeli dan membebaskan sejumlah budak belian. Ia termasuk sahabat yang mengalami segala macam penderitaan, intimidasi dan siksaan demi pengabdiannya pada kepercayaan barunya, Islam. Pada suatu ketika ia pernah dipukuli hingga pinsan. Keberanian dan kebulatan tekad yang ditunjukkan Nabi dan para sahabat yang setia dalam menghadapi kaum musyrik akan selalu menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang berjuang demi kebenaran.
Abu Bakar meninggal dalam usia 63 tahun, dan ke-Khalifahannya berlangsung hanya selama dua tahun tiga bulan sebelas hari, jenazahnya dimakamkan di samping makam Nabi. Pada waktu Nabi wafat, Abu Bakar dipilih menjadi khalifah Islam yang pertama. Setelah terpilih, banyak orang berebut menawarkan bai’at, khalifah lalu menyampaikan pidatonya yang mengesankan di hadapan para pemilih.
3.      Umar ibn Khathab
Di zaman Umar, gelombang ekspansi terjadi dengan cepat. Wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, sebagian besar wilayahPersiadan Mesir. Untuk itu Umar segera mengatur administrasi Negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama diPersia. Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak dariPersiabernama Abu Lu’lu’ah. Kemudian Umar digantikan oleh Usman ibn Affan.
4.      Usman ibn Affan
Di masa pemerintahan Usman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun. Pada paroh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecwa dikalangan umat Islam terhadapnya. Salah satu factor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Adapun jasa-jasa Usman dimasa pemerintahannya adalah membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, mesjid-mesjid, dan memperluas mesjid Nabi di Madinah.
5.      Ali ibn Abi Thalib
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah selama enam tahun dan selama pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan dan pemberontakan. Diantara pemberontakan yang terjadi pada pemerintahan Ali adalah:
a)      Pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Dalam pemberontakan ini berakhir dengan peperangan yang disebut “Perang Jamal (Unta)” karena dalam pertempuran itu menunggang unta.
b)      Pemberontakan Mu’awiyah di Syiffin. Dan dikenal dengan Perang Shiffin.
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan ternyata lemah, sementara Mu’awiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu’awiyah ibn Abi Sufyan. Tahun persatuan itu dikenal dalam sejarah sebagai tahun Jama’ah (‘am jama’ah. Dengan demikian berakhirlah masa Khulafa’ur Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.
Peristiwa-peristiwa, lokasi, waktu:
1.      Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi
Sejarah islam pertama turun di Makkah dengan turunnya wahyu pertama  kepada Nabi Muhammad SAW. Wahyu yang turun pada bulah ramadhan tahun  610       M itu adalah surah Al-‘Alaq ayat 1-5. Ketika turun ayat ini, Nabi Muhammad SAW belum di perintahkan untuk menyampaikan risalah illahi kepada umat manusia. Namun wahyu ini menandakan muhammad baru di angkat menjadi nabi. Beberapa saat kemudian, tepatnya setelah turun wahnyu allah untuk memantapkan hati Nabi Muhammad SAW. (QS. Al- Qalam/68:1-7 dan Al-Muzzammil/73:1-7), jibril datang menyampaikan vwahyu sebagai perintah kepada Nabi Muhammad SAW, untuk menyampaikan risalah illahi kepada manusia. Wahyu itu adalah surah Al-Muddassir ayat 1-7
Turunnya wahyu tersebut sebagai  pengangkatan rosulullah saw, manjadi seorang rasul. Artinya, beliau mendapatkan perintah untuk mendakwahkan islam kepada seluruh umat manusia. Tugas ini merupakan perkara yang besar dan berat. Beliau harus berhadapan dengan berbagai  tantangan dan masalah, antara lain perombakan sistem kebudayaan, sosial, kepercayaan penduduk mekah, dan meluruskan sistem sosial yang tidak adil.
2.      Dakwah Secara Terbuka
Penduduk mekah banyak yang sudah mengetahui dan membicarakan agama baru yang beliau bawa. Mereka menganggap agama itu sangat bertentangan dengan agama nenek moyang kita, pada saat itu turun wahyu surah Al-Hijr/15:94 yang memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara terbuka dan terang-terangan kepada seluruh masyarakat.
Dengan turunnya ayat tersebut, Nabi Muhammad SAW mulai melakukan dakwah dengan terang-terangan. Dakwah ini membuat seorang tokoh Bani Giffar yang tinggal di Barat Laut Merah menyatakan diri masuk islam. Ia adalah Abu Zar al-Giffari. Atas perintah Nabi Muhammad SAW, Abu Zar al-Giffari kemudian pulang untuk berdakwah dikampungnya. Sejak itulah banyak yang masuk islam melalui Abu Zar. Melalui cara itu pula, Bani Daus juga masuk islam. Orang pertama dari Bani Daus yang masuk islam adalah Tufail bin Amr ad-Dausi, seorang penyair terpandang di Kabilahnya. Dengan demikian islam sudah mulai tersebar diluar mekah.
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah mendorong kaum kafir Quraisy melancarkan tindakan kekerasan terhadap beliau dan pengikutnya. Di tengah meningkatnya kekejamnya pemimpin kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya. Hamzah bin Abdul Mutalib dan Umar bin Khattab, dua orang kuat Quraisy masuk islam, hal ini membuat orang kuraisy mengalami kesulit untuk menghentikan dakwah beliau.
Suatu ketika nabi muhammaad saw, melakukan dakwah secara terbuka. Beliau naik ke bukit safa dan memanggil semua suku yang ada di sekitar mekah untuk mengetahui apa yang akan disampaikan oleh nabi muhammad, semua suku mengirimkan utusannya, bahkan Abu Lahab, paman beliaupun hadir.
3.      Pemboikotan Dan Rencana Pembunuhan
Tekanan-tekanan yang dilakukan kafir Quraisy kepada umat islam, ternyata tidak membuat islam dijauhi. Sebaliknya umat islam makin bertambah. Hal itu membuat Abu Jahal menekan kepada pimpinan Quraisy untuk memboikot Bani Hasyim. Tindakan pemboikotan itu sangat menyengsarakan Bani Hasyim dan Bani Mutalib, Bani Mutalib juga ikut terboikot karena solidaritas mereka tertuju kepada Bani Hasyim.
4.      Hijrah Ke Habsyi
Beberapa hari setelah pemboikotan berakhir, Abu Thalib meninggal dan kepemimpinan Bani Hasyim beralih kepada Abu Lahab. Tekanan terhadap Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya makin bertambah kejam. Hal ini membuat Nabi Muhammad SAW merasa kasihan terhadap para pengikutnya, beliau memerintahkan mereka hijrah ke Habsyi pada tahun 615 M atau tahun ke-5 dari kenabian. Rombongan pertama yang hijrah berjumlah 15 orang, yng terdiri dari 11 laki-laki dan 4 wanita. Kemudian disusul rombongan kedua yang berjumlah hampir 100 orang. Diantara sahabat yang ikut hijrah yaitu Usman bin Affan dan istrinya (Ruqoyyah), Zubair bin Awwam, Abdur Rahman bin Auf, dan Ja’far bin Abi Talib.
5.      Misi Ke Ta’if
Banyak perlakuan kasar kaum kafir Quraisyi kepada Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya, semua itu tidak menjadikan beliau mundur untuk berdakwah. Beliau mencoba berdakwah ke Ta’if, sebuah Kota di Hijaz yang terletak disebelah tenggara Mekah. Namun disana beliau mendapatkan kelompok masyarakat yang lebih kejam dan bengis dalam menerima dakwahnya. Penduduk Kota Ta’if menghina dan melempari beliau hingga terluka.
Mendapat perlakuan kejam dari penduduk Ta’if, Nabi Muhammad SAW terpaksa menyelamatkan diri dan berlindung di balik pagar kebun Utbah dan Syaibah, dua anak bersaudara.
Demikian kejam perlakuan penduduk Ta’if dari Kabilah Saqif kepada Nabi Muhammad SAW. Meskipun demikian, kekejaman itu tidak membuat beliau putus asa dalam menyampaikan dakwah. Beliau terus berdakwah kepada Kabilah-Kabilah Arab yang lain, seperti Kabilah Kandah, Bani Kalb, Bani Hanifah, dan Bani Amr. Akan tetapi, semua Kabilah itu juga menolak dengan kasar.
6.      Respons Masyarakat Yasrib
Ketika musim haji tiba, Nabi Muhammad SAW menggunakannya untuk menyampaikan dakwah kepada jama’ah haji yang datang dari seluruh penjuru Arab. Di antara mereka terdapat orang-orang Yasrib dan Suku Aus dan Khazraj. Kedua suku ini sering mendengar berita dari orangg-orang yahudi bahwa nabi akhir zaman akan segera datang.
Pada saat Suku Aus berhaji pada tahun ke-10 dari kenabian, bertepatan dengan tahun 620 M. Nabi muhammad menyampaikan dakwah kepada jamaah haji yang hadir di sekitar Ka’bah. Beliau mengajak mereka untuk beriman kepada allah yang maha ESA dan berbuat baik. Mendengar ajakan tersebut, suku Aus dan Khazraj memperhatikan secara seksama. Dakwah tersebut sesuai dengan pemahaman mereka yang diperoleh dari orang-orang yahudi. Mereka yakin bahwa ini adalah nabi yang di tunggu.
7.      Perjanjian Aqobah I
Ada enam pokok persoalan penting yang menjadi sumpah setia dalam Baiat Aqabah I, diantaranya:
a)      Mereka tidak akan menyekutukan allah dengan sekutu apapun
b)      Mereka tidak akan mencuri
c)      Mereka tidak akan berzina
d)     Mereka tidak akan membunuh anak-anaknya
e)      Mereka tidak akan berbuat fitnah, dusta, dan curang
f)       Mereka tidak akan mendurhakai nabi muahmmad saw
8.      Perjanjian Aqobah II
1.      Kami bersumpah untuk taat kepada Rasulullah dalam susah dan senang
2.      Kami bersumpah akan mengatakan kebenaran dimanapun kami berada
3.      Kami bersumpah tidak gentar menghadapi fitnah dari siapapun juga